adalah selarik kenang lalu sore yang meremang dengan sepotong senyuman tetapi entah ! yang tertinggal hanya jejak langkahmu di sana di sebatang jalan yang berdebu dan menikung tajam
lalu saat itu jua kau memandangku dengan tatap yang begitu tajam
menusuk di antara rongga dada dan denyut jantung yang semakin kencang dan kerudung yang engkau sampirkan menutup wajahmu aku mengeja makna diantara desah nafas dan harum kembang yang kau hantar lewat angin
ternyata masih begitu harum walau tahun telah mencacah bulan aku melangkah pulang dan sepotong kenang kusimpan di laci ingatan
Pertemuan seringkali mengguritkan manis di antara tawa tawa cerita yang menghias bibir,Seperti saat engkau mekarkan harapan sedang di sana ada jua jalan yang melintang.Lantas kau sambut lambaian tangan yang menawarkan keindahan.
Bunga bunga pun bersemi menghias pelataran hati. merah di manja buai sepasang merpati.Indah mengepakkan sayap sayapnya ke cakrawala.
Aku memandangmu da
ri sudut jauh yang tak bertepi. Taukah kau? Di simpang itu yang berlari meninggalkan sekeranjang noktah peri.
Lalu bagaimana? Ketika lambaian itu membekukan harapan sedang kau masih tersenyum di buai mimpi mimpi indah di angkasa dengannya.
Perpisahan merembeskan air mata dari sungai sungai tawa pun luka yang menganga.Dan jabat tangan pelan pelan harus kau lepaskan jua.
Lalu bagaimana? Apakah harus kembali ke simpang jalan yang pernah kau jatuhkan bunga.Hidup adalah pilihan dan warna membuatnya indah. ( up to you )
Berapa lama lagi jam itu berbunyi? Aku masih disini menakar debar yang terus menepi Bunga teratai mengapung apung Ku cium harum tubuhmu pada sebatang jalan Dan reranting tempat bertaut Menjulur julurkan pesan Angin bawa kabar tentang musim mengawan Lebah lebah beterbangan Mengitari awan awan yang menari Aku masih di sini! Entah berapa lama lagi jam itu berbunyi Jarumnya menari nari mengitari angka angka yang tegak berdiri Tetapi loncengnya telah engkau curi
Malam ini kata kata berlari berseliweran kesana kemari ingin kudekap engkau menjadi Puisi tetapi tak bisa,engkau berlari terus berlari,malam ini kosong..tiada apa apa lagi..
Padahal secangkir kopi sedang kunikmati,dan asap asap tembakau membumbung tinggi sebagian lagi tertiup angin menampar wajahku yang lelah bercumbu sepi
D,, Aku terbangun dari mimpiku Dan kulihat matamu begitu nakal disana Di antara rerimbun dedaunan dan embun pagi Begitu bening.. Akan ku congkel,dan ku letakkan dalam puisiku Biar binarnya tak lagi mengembara kan ku ikat dengan sebait mantra