Dan malam kembali datang,gelap menyelimuti bumiAku merebahkan badan tanpa basa basiKutanya diri..!Apa yang mengganjalmu hai hati..?
Tanyaku seperti pada batu
Seperti rumput yang tak pernah mau tau
Seperti angin yang saja membelaiku
Diam...
Diam...
Diam...
Selalu tak ada jawaban kutemu
Kupandangi simpang jalan didepanku ia berliku..
Dan malam menyamarkan pandangku akanmu,sayang...
Apakah kau benar-benar cinta padaku.
Aku masih ragu...!
Dan malam entah keberapa kali aku memikirkanmu.
ku dengar tunas muda tumbuh di celah ke maraumu,setelah setahun lalu engkau membuangku. masih terasa bulir rindu mengalir pada sepasang sipit mataku.apa kabar ranting?aku hanyalah daun kuning,terbang terbawa angin setelah kau kecup keningku.aku berjalan mengikut arah angin dimana kaki menuntunku dengan segenap doa"langit.
apa kabar ranting?
tak kusangka kita bertemu lagi dalam rumah kaca bercat biru di pinggirnya ada sungai mengalir namun tak begitu jernih.
saat matahari terbit kau adalah mimpiku,namun kita tak pernah tau saat senja berarak mengantarnya tenggelam ke laut.kita hanyalah sepasang pemabuk yang tersadar dari tidur.ikhlas adalah sebaris kata terahir yang mampu ku ucap untukmu.selebihnya kau tau bukan? aku menyimpannya pada sipit dan genit mataku..(itu katamu dulu)
jangan kau ulangi lagi.sungguh lumatan jemarimu di wajahku masih begitu manis terasa.tetapi..sudahlah.
{ 25/6/2012.ttd daun jatuh. }
"wajahmu tampak manis,"kataku.di bawah meja kita melukis warna pelangi,kuasnya adalah kata-kata yang kupulas di bibir tipismutiba-tiba,gerimis datang lantas kita terdiam.sementara desah nafasmu mengejar api cumbuan yang kutanam di tebing curam pipimu
lantas kubisikkan ditelingamu,bahwa gerimis itu adalah keindahan yang kita kecap,sebab warna pelangi akan muncul sesudahnya.
kau malah diam.melambatkan putaran jarum jam yang malam
adakah kau ikat sebuah nama pada jam hingga enggan berputar,dan hari-hari adalah jam malam yang seakan mati untuk kurenungi
lalu......?
dalam temaram senjaselalu kukirim pesanpada angin,yang berbisik menghentambuih-buih di lautan
matahari selalu pulang bukan?
tenggelam di lautan
dan seekor camar,
pulang ke sarang
meski ia kalah perang
begitu jua diriku
kembali kan kurengkuh
congak dan pongahnya,
kerikil jalanan yang menghadang
langkah kakiku
saat matahari menyerang tanah
ku akan melangkah,
sebab pesan harus tersampaikan
ingat..!
aku akan kembali
kail dan jala menjadi temandi kala malam,gelap berpelitalampu teplok dan kekunang
mengayun dayung membelah ombak
berkecipak menghentam sampan
laju perahu bergoyang
menebar jala mengail ikan
di ufuk timur fajar memerah
merekah seperti wajahmu nona
abang pulang,
dengan sekeranjang ikan
sambutlah dengan senyuman
lepaslah penat sekujur badan
aku menulis sajakuntuk daun yang rindangku kirim lalui anginmenyinggahi bebatuan terdampar di telinga
panas
perit
menyeka
bulir-bulir air mata
berguguran
satu-satu tembang merdu
menjadi rintih yang beradu
entah,seberapa kuat kumenahannya
sajakku
aku sayang kamu
mati pun tidak tenggelam mengapung
di gunung ganang,
hati menanggung
diamnya daun
sepertinya ku linglung