Senin, Oktober 08, 2012

Gerimis malam

Malam ini hujan hampir reda
Setelah mengguyur basahi bumi
Titik gerimis masih tersisa
Jatuh di genting seperti detak nadi.
Angin senja tak menyisakan apa2 untuk ku nikmati malam ini.
Hanya guguran daun di senja tadi menumpuk di pikirku.
Mengembang saat bersemi
Kembali kupunguti serpih2 silam. 
Abjad2 tak bersuara..
Kata2 tak bernyawa..
Dinding2 tak bertepi..
Lalu ku masuk tanpa permisi
Tawa nan redup mengoyak lalu gerimis malam ini menitik lagi.
Kususuri hingga ku tak ingat jalan masuk tadi
Aku tersesat hingga aku mati suri.

Sajak

Selamat malam kawan,apa kabarmu..
Kemarin kita bersajak bukan..
Layaknya penyair membelah langit
Bergaung kidungnya menembus pekat malam,menyususi lembah sunyi.

Kita tertawa bukan..
Kita genggam erat bukan..
Syahdu malam itu tanpa sinar bulan
Kita adalah raja bukan.. Meski tanpa permaisuri.

Kita adalah raja menggagahi malam yang sunyi
Bersulang secangkir kopi
Terselip dendang rindu di petik dawai gitar
Sebaris kepulan asap kretek melambung kita ke awan biru.

Selamat malam kawan
Apa kabarmu di pulau itu
Dermaga tempatmu berlabuh
Kurindu sajakmu kawan
Sajak kita memunting angin yang kuyuh.

SAJAK ANGIN

Daku adalah ingin
Dikau adalah angin

Di petang tadi berkejaran,menyusuri bukit dan lembah sunyi.kubaca geraknya pada dedaunan yang mengepak epak.

Namun hanyalah ingin yang dingin.
Dikau tetaplah angin.

~~MALAM INI~~

hujan begitu deras menyerbu ke segala penjuru,engkau menyelinap dalam kuntum senyumku

"tubuhmu basah menggigil,?"kataku.aku teringat di fajar tadi,engkau membungkus wangi melati,lalu angin meniupkannya ke pucuk hidung,aku terbangun.kutatap langit matahari menghujankan sinarnya di celah dedaunan,kau hilang...!

malam ini kian merambah sepi,sebelum hujan reda ku belai mimpi,mendekap basah tubuhmu yang gigil hingga hangatnya mentari menggantung mati

namun wangi melati telah ku cumbu,dan esok lagi.

" ANGIN DAN HUJAN UNTUKKU"

jam berdetak kencang mengitari angkaangka,di sudut teras tempat duduk sepi,bunyi jengkerik berderik menyahut di balik rumput

di langit purnama tampak separuh awanawan hitam meliuk menyabitkannya tak hendak penuh 

sepertinya angin memanggil hujan lalu merintikkannya untukku bulan tak jua penuh.

" RUMAH KACA "

Petang remang malam jelang jatuh bulan menyebar sinar di ranting setengah kering,di sungai yang jernih cahayanya memantul seperti tarian tangan bidadari,sore tadi hendak kutuntaskan percakapan yang maut tetapi mati di telan kesunyian bumi sedang suaranya masih menakar-nakar menjangkau alam sadar

Ini malam begitu hening seperti biasa ia lalu di sebatang jalan yang di tumbuhi ilal
ang wangi bunga-bunga menyebar diantar angin hinggap di dedaunan menyelinap di celah jendela,ku punguti satu-satu harumnya mendesah nafasku lalu pelanpelan ku tarik panjang,engkau nan jauh?

Disini yang hilang tadi petang,dalam rumah kaca tempat kita mencari jejak kata,pun katakata yang maut enggan berpaut tak sempat tertaut dan ku ikat harum itu diantara jepit rambutmu yang terselip di celah dinding anyaman bambu

Dalam rumah kaca kata kata maut saling bertaut saja.

" SEPARUH JALAN "

Ini hari entah pagi
entah pun jua petang
matahari selalu saja datang 
aku masih menimang bimbang

Biduk ku kayuh tiada jalan
enggan maju pun lawan
padahal sebuah nama,
telah ku tulis tinta

Dan nanti malam kurasa,
lautan makin buram
jangkar tenggelam
pun biduk tersadai di tengah jalan.