Daku adalah ingin
Dikau adalah angin
Di petang tadi berkejaran,menyusuri bukit dan lembah sunyi.kubaca geraknya pada dedaunan yang mengepak epak.
Namun hanyalah ingin yang dingin.
Dikau tetaplah angin.
Senin, Oktober 08, 2012
~~MALAM INI~~
hujan begitu deras menyerbu ke segala penjuru,engkau menyelinap dalam kuntum senyumku
"tubuhmu basah menggigil,?"kataku.aku teringat di fajar tadi,engkau membungkus wangi melati,lalu angin meniupkannya ke pucuk hidung,aku terbangun.kutatap langit matahari menghujankan sinarnya di celah dedaunan,kau hilang...!
malam ini kian merambah sepi,sebelum hujan reda ku belai mimpi,mendekap basah tubuhmu yang gigil hingga hangatnya mentari menggantung mati
namun wangi melati telah ku cumbu,dan esok lagi.
"tubuhmu basah menggigil,?"kataku.aku teringat di fajar tadi,engkau membungkus wangi melati,lalu angin meniupkannya ke pucuk hidung,aku terbangun.kutatap langit matahari menghujankan sinarnya di celah dedaunan,kau hilang...!
malam ini kian merambah sepi,sebelum hujan reda ku belai mimpi,mendekap basah tubuhmu yang gigil hingga hangatnya mentari menggantung mati
namun wangi melati telah ku cumbu,dan esok lagi.
" ANGIN DAN HUJAN UNTUKKU"
jam berdetak kencang mengitari angkaangka,di sudut teras tempat duduk sepi,bunyi jengkerik berderik menyahut di balik rumput
di langit purnama tampak separuh awanawan hitam meliuk menyabitkannya tak hendak penuh
sepertinya angin memanggil hujan lalu merintikkannya untukku bulan tak jua penuh.
di langit purnama tampak separuh awanawan hitam meliuk menyabitkannya tak hendak penuh
sepertinya angin memanggil hujan lalu merintikkannya untukku bulan tak jua penuh.
" RUMAH KACA "
Petang remang malam jelang jatuh bulan menyebar sinar di ranting setengah kering,di sungai yang jernih cahayanya memantul seperti tarian tangan bidadari,sore tadi hendak kutuntaskan percakapan yang maut tetapi mati di telan kesunyian bumi sedang suaranya masih menakar-nakar menjangkau alam sadar
Ini malam begitu hening seperti biasa ia lalu di sebatang jalan yang di tumbuhi ilal
Ini malam begitu hening seperti biasa ia lalu di sebatang jalan yang di tumbuhi ilal
ang wangi bunga-bunga menyebar diantar angin hinggap di dedaunan menyelinap di celah jendela,ku punguti satu-satu harumnya mendesah nafasku lalu pelanpelan ku tarik panjang,engkau nan jauh?
Disini yang hilang tadi petang,dalam rumah kaca tempat kita mencari jejak kata,pun katakata yang maut enggan berpaut tak sempat tertaut dan ku ikat harum itu diantara jepit rambutmu yang terselip di celah dinding anyaman bambu
Dalam rumah kaca kata kata maut saling bertaut saja.
Disini yang hilang tadi petang,dalam rumah kaca tempat kita mencari jejak kata,pun katakata yang maut enggan berpaut tak sempat tertaut dan ku ikat harum itu diantara jepit rambutmu yang terselip di celah dinding anyaman bambu
Dalam rumah kaca kata kata maut saling bertaut saja.
" SEPARUH JALAN "
Ini hari entah pagi
entah pun jua petang
matahari selalu saja datang
aku masih menimang bimbang
Biduk ku kayuh tiada jalan
enggan maju pun lawan
padahal sebuah nama,
entah pun jua petang
matahari selalu saja datang
aku masih menimang bimbang
Biduk ku kayuh tiada jalan
enggan maju pun lawan
padahal sebuah nama,
telah ku tulis tinta
Dan nanti malam kurasa,
lautan makin buram
jangkar tenggelam
pun biduk tersadai di tengah jalan.
Dan nanti malam kurasa,
lautan makin buram
jangkar tenggelam
pun biduk tersadai di tengah jalan.
Cantik
Puisi mata bening,pinggang ramping,mengoyak dingin di malam hening
Ah kau,puisi. hangathangat tai kucing,aku tertipu pada rupa wajah
Celaka,sihirmu membuatku terlena hingga mimpi membantingku jauh ke nirwana.
Ah kau,puisi. hangathangat tai kucing,aku tertipu pada rupa wajah
Celaka,sihirmu membuatku terlena hingga mimpi membantingku jauh ke nirwana.
SELAGI ADA NAFAS INI..
Selagi ada nafas ini perjalanan tak ku henti
Tidak juga kau luka tak mampu menghentikannya biar pedih biar perih
Biar bunga seribu mati tak lagi aku, tak peduli
Selagi ada nafas ini meski langkah terpatahpatah aku tetap menyanggah
Beban berat tak ku rasai
Biar hidup kobaran api
Biar runcing belati menusuki
Tidak juga kau luka tak mampu menghentikannya biar pedih biar perih
Biar bunga seribu mati tak lagi aku, tak peduli
Selagi ada nafas ini meski langkah terpatahpatah aku tetap menyanggah
Beban berat tak ku rasai
Biar hidup kobaran api
Biar runcing belati menusuki
Aku tak peduli
Aku ingin menjadi,pergilah engkau pergi
Yang sudah terjadi.
______shah alam.07/09/2012.
Aku ingin menjadi,pergilah engkau pergi
Yang sudah terjadi.
______shah alam.07/09/2012.
Langganan:
Postingan (Atom)